Kamis, 13 Oktober 2011

Nyamuk, ”Si Imut” Penebar Maut”

Siapa tak kenal makhluk bernama nyamuk? Serangga yang satu ini pasti sangat dikenal oleh manusia. Antara nyamuk dan manusia, bisa dikatakan, hidup berdampingan, bahkan nyaris tanpa batas. Hanya sayangnya, berdampingannya manusia dengan nyamuk bukan dalam makna positif, yakni terciptanya simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan. Yang terjadi, kehadiran nyamuk dianggap mengganggu kehidupan umat manusia. Meski jumlah nyamuk yang dibunuh manusia jauh lebih banyak daripada jumlah manusia yang meninggal karena nyamuk, perang terhadap nyamuk seolah menjadi kegiatan tak pernah henti yang dilakukan oleh manusia.
DARI tahun ke tahun, penyakit yang ditularkan oleh nyamuk cenderung mengalami peningkatan, baik dari jumlah kasus penderita maupun kasus kematian, mulai dari demam berdarah, malaria, hingga kaki gajah (filariasis). Keberhasilan nyamuk sebagai vektor ditandai dengan munculnya Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit demam berdarah dengue (DBD) secara nasional.
Faktor penyebab utama timbulnya masalah penyakit yang ditularkan nyamuk adalah karena semakin berkurangnya kepedulian masyarakat terhadap kesehatan lingkungan yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk penular penyakit. Akibatnya, sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan jumlah kasus penyakit-penyakit yang ditularkan oleh nyamuk.
Nyamuk, bisa disebut, binatang kecil dan imut, beratnya hanya 2 – 2.5 mg, kecepatan terbangnya antara 1,5 – 2,5 km/jam. Namun, di balik ukurannya yang mini tersebut, nyamuk adalah serangga yang sangat berbahaya karena dapat membawa dan menyebarkan aneka penyakit yang mematikan seperti malaria, kaki gajah (filariasis), demam berdarah, chikungunya, dan berbagai jenis radang otak (encephalitis).
Beragam jenis nyamuk berfungsi sebagai vektor atau pembawa protozoa, virus, dan tidak sedikit pula pembawa larva cacing yang dapat menimbulkan bermacam-macam penyakit pada manusia. Cara hidup dan cara “menggigit”- nya pun berbeda-beda. Beberapa genus nyamuk yang mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga kita adalah Anopheles, Aedes, dan Culex.

Vektor Penyakit
Nyamuk Anopheles bisa menyebabkan penyakit malaria. Nyamuk ini suka menggigit dalam posisi menungging alias posisi badan, mulut, dan jarum yang dibenamkan ke kulit manusia dalam keadaan segaris. Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit jenis plasmodium ditandai demam berkala, menggigil dan berkeringat. Penyakit ini dapat mengakibatkan kematian bagi penderitanya.
Pada saat ini nyamuk vektor malaria di Indonesia yang ditemukan sebanyak 19 spesies dari genus Anopheles. Empat di antaranya adalah Anopheles sundaicus, Anopheles subpictus, Anapheles aconitus, dan Anopheles maculatus.
Nyamuk yang suka menggigit dalam posisi mendatar sesuai dengan posisi “pendaratan“ di permukaan kulit korbannya adalah nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Nyamuk ini menjadi biang penyakit demam berdarah dan chikungunya. Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti, berwarna hitam dan belang-belang putih pada seluruh tubuh, berkembang biak di tempat penampungan air dan barang-barang yang memungkinkan air tergenang. Seperti bak mandi, drum, vas bunga, dan ban bekas. Nyamuk ini tidak dapat berkembang biak di selokan atau kolam yang airnya langsung berhubungan dengan tanah. Ia biasanya menggigit manusia pada pagi atau sore hari.
Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang mengandung virus dengue dapat menyebabkan demam berdarah dengue (DBD) yang ditandai dengan demam mendadak 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas. Tanda lainnya adalah lemah, gelisah, nyeri ulu hati, disertai bintik perdarahan di kulit, kadang mimisan, muntah darah, bahkan dapat berakibat kematian. Sasaran penderita DBD juga merata, mengena pada semua kelompok umur baik anak-anak maupun orang dewasa, baik masyarakat pedesaan maupun perkotaan, baik orang kaya maupun orang miskin, baik yang tinggal di perkampungan maupun di perumahan elite.
Sama dengan DBD, penyakit chikungunya dibawa oleh nyamuk dari genus yang sama, yaitu Aedes, tetapi jenis virusnya berbeda. Virus chikungunya termasuk arbovirus dari genus alphavirus, bentuknya bulat dikelilingi duri. Pembawa virus bisa di tubuh manusia, primata, mamalia lain, dan burung.
Pengidap chikungunya biasanya merasakan adanya rasa linu di persendian semacam siku, lutut, lalu demam tinggi, dan juga muntah-muntah. Mimisan bisa terjadi pada pasien anak-anak. Daerah epidemi ditemukan di Afrika, India, Asia Tenggara, dan Filipina. Penyebaran virus chikungunya tidak ditularkan antar manusia, namun melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi dengan masa inkubasi 1 – 12 hari.
Nyamuk dari genus Culex dapat menyebarkan penyakit encephalitis (radang otak). Encephalitis adalah suatu penyakit yang menyerang susunan syaraf pusat yang disebabkan oleh virus. Ada beberapa macam encephalitis diantaranya Japanese Encephalitis dan St Louis Encephalitis. Berdasarkan penelitian tahun 1982 diketahui, vektor untuk Japanese Encephalitis adalah nyamuk Culex tritaeniorhyncus. Yaitu sejenis nyamuk Culex yang berkembang di daerah sekitar kandang ternak babi, sapi dan di sekitar sawah atau parit.
Penyakit lain yang masih disebabkan oleh kelompok virus yang sama adalah Virus Nil Barat atau sering disebut WNV (West Nile Virus). WNV adalah arbovirus yang ditularkan nyamuk Culex dengan habitat awal virus adalah burung, lalu dipindahkan oleh nyamuk. WNV dapat berpindah melalui transfusi darah, transplantasi organ tubuh dan susu murni pada sejumlah kasus.
Ketika pasien mulai terinfeksi tidak terlihat gejala-gejala tertentu. Namun satu penyakitnya muncul, lebih menyerupai orang yang terkena flu. Beberapa orang bisa mengalami sakit serius termasuk radang otak. Penyakit ini ditemukan di Uganda, Afrika 1937 dan daerah-daerah endemik seperti Israel, Afrika, India, dan Mesir.
Selain pembawa virus dan protozoa, di Indonesia hingga saat ini telah diketahui ada 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes, dan Armigeres yang dapat berperan sebagai pembawa larva cacing yang dapat menimbulkan penyakit kaki gajah (filariasis). Nyamuk Culex fatigan, dapat menyebarkan cacing jenis Wuchereria bancrofti. Nyamuk ini yang paling sering dijumpai di rumah-rumah. Nyamuk Mansonia, nyamuk ini berada di sekitar tanaman air, misalnya eceng gondok, cacing yang disebarkannya jenis Brugia malayi. Nyamuk Aedes dan Anopheles juga dapat menyebarkan cacing filaria di desa-desa.

Ada 2.700 jenis nyamuk
Nyamuk adalah serangga tergolong dalam ordo Diptera. Ada sekitar 35 genus dan 2.700 spesies yang telah teridentifikasikan, di antara genus Anopheles, Culex, Psorophora, Ochlerotatus, Aedes, Sabethes, Wyeomyia, Culiseta, dan Haemagoggus. Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik (scaled wings), tubuh yang langsing, dan enam kaki panjang, dengan ukuran berbeda, tetapi jarang sekali yang melebihi 15 mm.
Dalam bahasa Inggris, nyamuk dikenali sebagai “mosquito”, yang berasal dari bahasa Spanyol atau bahasa Portugis yang berarti “lalat kecil”. Penggunaan perkataan mosquito bermula sejak tahun 1583. Di Inggris nyamuk dikenali sebagai gnats. Pada nyamuk betina, bagian mulut membentuk proboscis panjang untuk menembus kulit dan menghisap darah.
Nyamuk betina memerlukan protein untuk pembentukan telur. Kerena makanan nyamuk madu dan sari buah, yang tidak mengandungi protein, maka nyamuk betina perlu menghisap darah untuk mendapatkan protein yang diperlukan, kecuali nyamuk betina dari genus Toxorhynchites. Ia tidak pernah menghisap darah, larva nyamuk besar ini memenuhi kebutuhan proteinnya dengan cara memangsa jentik-jentik nyamuk yang lain.
Nyamuk melalui empat tahap dalam siklus hidupnya yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa. Lama tahapan siklus tersebut bergantung kepada jenis dan suhu. Culex tarsalis siklus hidupnya sekitar 14 hari pada suhu 20 derajat Celcius dan hanya sepuluh hari bila suhu 25 derajat Celcius. Kebanyakan spesies melengkapi siklusnya selama empat hari hingga satu bulan.***

Dr. Asep Hermana, S.Ked.
Residen Pendidikan Spesialis Ilmu Bedah, FK UNPAD – RSHS Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar