Kamis, 13 Oktober 2011

Kapan Kita Bisa Merdeka dari Nyamuk?

Mengusir penjajah Belanda ternyata lebih mudah ketimbang mengusir nyamuk. Jika kita akur dengan pendapat terbaru bahwa Belanda baru berhasil menguasai kerajaan-kerajaan di Kepulauan Indonesia pada awal tahun 1900-an, berarti hanya perlu lima puluh tahun untuk mengusir Belanda pulang ke negaranya.
Dalam hal ini, nyamuk lebih keras kepala ketimbang kepalanya orang Belanda.
Perjuangan mengusir nyamuk di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1898 oleh bangsa Belanda melalui Malaria Service in Indonesia yang diketuai oleh N. H. Swellengrebel sebagai direktur pertamanya. Tugas utamanya adalah memusnahkan nyamuk Anopheles pembawa malaria. Tetapi sudah lebih 100 tahun berlalu, malaria masih menjadi momok di Indonesia, di mana untuk tahun 2009 saja masih ada 1,1 juta kasus malaria di Indonesia.
Itu baru malaria. Belum lagi nyamuk Aedes yang membawa penyakit demam berdarah dengue. Penyakit ini lebih mematikan dibanding malaria dan belum ada obatnya (tidak seperti malaria yang bisa diobati dengan kina/quinone). Untuk tahun 2008 saja, terdapat 136.399 kasus demam berdarah dengan jumlah kematian sebanyak 1.170 jiwa yang kebanyakannya anak-anak.
Sebenarnya, bisakah nyamuk diberantas sampai punah? Kalau orang Belanda yang gede-gede itu saja bisa kita suruh balik kanan ke negaranya, maka kenapa nyamuk yang imut-imut tidak bisa kita berantas sampai punah? Pasti bisa dan sangat mungkin.
Memusnahkan makhluk hidup pengganggu sangat mungkin dilakukan dan pernah tercatat dalam sejarah. Variola major dan Variola minor, dua virus penyebab cacar (smallpox) berhasil dimusnahkan dari muka bumi berkat usaha gigih dunia internasional yang dikomandani oleh Profesor Donald A. Henderson. Secara resmi PBB menyatakan virus cacar lenyap dari muka bumi pada bulan Desember 1979. Inilah sebab mengapa generasi yang lahir sebelum era 1970-an ada yang memiliki muka bopeng berlubang bekas penyakit cacar, sesuatu yang tidak dimiliki oleh generasi yang lahir setelah tahun 1970-an.

Bagaimana dengan nyamuk? Mungkin dunia internasional perlu menggalang usaha yang berskala sama seperti ketika dulu memusnahkan virus cacar demi menghapuskan nyamuk dari muka bumi. Tetapi, adakah akibat negatif terhadap lingkungan jika spesies nyamuk berhasil dipunahkan?
Kabar baiknya: tidak ada efek samping samasekali. Dunia akan aman dan lebih baik tanpa kehadiran nyamuk.

Majalah ilmiah tersohor Nature edisi Juli 2010 menurunkan tulisan Ecology: A world without mosquitoes (Ekologi: Sebuah dunia tanpa nyamuk). Dalam artikel tersebut Janet Fang menulis bahwa jika nyamuk menghilang, maka hanya ada dua makhluk yang merindukannya: 1) virus dan bakteri yang selama ini menumpang nyamuk untuk menulari manusia, dan 2) burung di area Kutub Utara yang terbiasa memakan nyamuk Aedes impiger dan Aedes nigripes - dua spesies nyamuk asli wilayah kutub. Selain mereka, tidak ada seorangpun atau apapun yang akan merindukan nyamuk. Si burung, para ilmuwan meyakini, akan beralih ke sumber pangan lain.

Coba bayangkan: Anda tidur di malam hari, jendela terbuka, angin malam menghembus sepoi-sepoi, dan Anda tidur lelap sampai pagi tanpa gigitan nyamuk, juga tanpa bau obat nyamuk. Indah, bukan? Inilah salah satu kemerdekaan yang kita idam-idamkan.
Dirgahayu Indonesia. Semoga kita bisa segera merdeka dari serangan nyamuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar